Beda mendasar cara sukses di sekolah dan di karir

Pertanyaan di atas adalah pertanyaan tipikal seorang fresh graduate.
Atau bisa jadi kepenasaran seorang lulusan cumlaude universitas terkemuka yang bingung kenapa semua jurus kesuksesan selama kuliah seperti gak bisa dipake ketika merintis karir di dunia kerja.

Banyak yang menyimpulkan kenapa sukses di sekolah gak bisa dipake di karir adalah karena ada faktor SENIORITAS di dunia kerja.
Gak benar.
Kata Welch, sebenarnya gak ngaruh banyak apakah seseorang berusia 22 atau 52, kunci sukses di dunia kerja adalah memberi LEBIH DARI EKSPEKTASI.

Beda terbesar antara sekolah&bangku kuliah dibandingkan dunia kerja adalah begini..
Selama bertahun-tahun di sekolah kita ditanamkan dogma bahwa sukses adalah MEMENUHI EKSPEKTASI guru/dosen/penguji.
Dapat nilai A+ di sekolah adalah kalo kita bisa menjawab dengan tepat seluruh soal yang ditanyakan atau bisa menjelaskan dengan lengkap seluruh soal ujian.

Di dunia kerja, untuk dapat A+ kuncinya adalah MELEBIHI EKSPEKTASI perusahaan. Jadi kita harus bisa menjawab seluruh pertanyaan ‘guru’ PLUS memberikan penjelasan dari beberapa pertanyaan penting yang even gak kepikiran buat ditanyain sama sang ‘guru’.

Dalam bahasa yang lebih pragmatis, kalo mau sukses berkarir, kita harus bisa membuat ATASAN kita lebih pintar, TEAM kita lebih efektif dan PERUSAHAAN kita lebih kompetitif karena ide, kreativitas dan insight kita.

Tapi Welch bilang hati-hati… Optimisme dan ambisi itu bagus tapi jangan sampai membuat tinggi hati apalagi sampai punya motif pribadi untuk MEMPOLITISASI kePeDe-an kita. Perhatikan dan minta feedback dari sekeliling kita. Kalo kita mulai dianggap sebagai ALIEN, harus selalu siap introspeksi ke arah yang lebih konstruktif.

Begitulah kira-kira…

#ActCreative #BePositive

Ditulis di Jakarta.
Andi.

9 thoughts on “Beda mendasar cara sukses di sekolah dan di karir

  1. Akhirnya saya mengerti pak Andi. tapi bagaimana juga apabila kita sudah melakukan suatu inovasi maupun memberikan ide-ide yang konstruktif, namun atasan kita tidak mau menerima inovasi dan ide kita, hanya karena tidak sesuai espektasi dari atasan secara pribadi bukan dari dari sudut espektasi perusahaan? terimakasih atas pencerahannya.

  2. dear pak Andi, saya ada sedikit ganjalan dengan konsep ini. Memang idenya adalah menciptakan ketidakseimbangan pada ekspektasi organisasi dan kinerja yg kita berikan. Tapi kalau dilakukan terus menerus, dampaknya akan mengkompromi keseimbangan kita sendiri secara individu (keluarga, kesehatan, spiritual, etc.) Maksud saya adalah, konsep MELEBIHI EKSPEKTASI ini logis dan praktis, tetapi haruslah ada batasnya. Bagaimanakah cara kita menentukan batas tersebut? Dan seringkali masalahnya bagi sebagian orang, setelah kita menunjukkan bahwa kita dapat melebihi ekspektasi periode ini, tentunya ekspektasi periode berikutnya adalah lebih tinggi dari prestasi kita sebelumnya, sebagai timbal balik ekspektasi kita sendiri sebagai individu terhadap perusahaan/organisasi juga akan naik dan ini akan berlangsung terus menerus sampai akhirnya perusahaan/organisasi tidak dapat memenuhi ekspektasi kita lagi dan akhirnya menyebabkan de-motivasi.

  3. Pingback: Susah cari kerja karena lapangan kerja sempit ? Nggak benar ! | Come to light

  4. Pingback: Books, Movies, Words, & A Place to Burning Ideas!

  5. Pingback: 4 Alesan Kenapa Kuliah Lagi – Part One – Books, Movies, Words, & A Place to Burning Ideas!

Leave a comment