Manfaat sekolah (bisnis) dan tinggal di luar negeri

Habis baca buku House of Lies, terus teringat cerita runtuhnya Enron ditambah lagi dengan krisis tahun 2008 yang sampai sekarang masih berasa impact-nya. Jadi mikir..apa ada yang salah dengan sekolah MBA ?

Terserah deh ya..orang boleh punya pendapat sendiri, boleh sinis juga.. Tapi kalo udah masalah attitude dan prinsip buat saya sih nggak ada hubungannya dengan stereotype title atau ijazah.

Saya sendiri lulusan MBA dari IPMI. Yang pasti saya jauh lebih menghayati manfaat sekolah pas S2 MBA itu dibandingin dengan pas sekolah S1 ๐Ÿ™‚ Mungkin karena udah kerja juga kali ya, jadi saya udah punya pengalaman lebih untuk bisa membayangkan dan mengaplikasikan ilmu yang didapat.

MBA di IPMI juga lebih banyak membahas kasus, sih. Sedikit bahas framework, habis itu lebih banyak diskusi kasus bisnis. Melelahkan buat assignment-nya, tapi nggak mbosenin. Buat saya itu seru banget, insightful dan sangat bermanfaat. Walau cape dan berasa nggak punya waktu senggang, tapi saya menikmati sekali belajar dan berinteraksi dengan teman-teman sekelas yang sangat suportif. Kuliah dan diskusinya dalam bahasa Inggris, hal itu aja udah menempa saya dalam banyak hal.

Balik lagi ke topik.. Jadi apa manfaat sekolah bisnis ?

Buat saya pribadi sih manfaat terbesarnya ada 3 hal :

Yang pertama, jadi senang dan bisa menikmati baca buku bahasa Inggris. Kayaknya simple ya, tapi buat saya ini nomer satu. Sekolah MBA maksa kita baca modul, kasus, artikel, buku, paper bahasa Inggris yang seabrek-abrek itu. Desperately di tengah ketidakseimbangan waktu dan bahan bacaan itu, kita jadi dipaksa untuk bisa seefektif dan seefisien mungkin menarik benang merah dari beberapa bahan bacaan. Dan itu tempaan yang manfaatnya akan berasa seumur hidup. Minat baca karena penasaran mau tau isi kepala penulisnya ditambah jaman sekarang pula ada teknologi buku digital. Bener-bener membuat saya berasa kayak anak kecil ngantri paling depan pintu toko mainan sendirian, terus gerbangnya dibukain dan saya boleh nguplek sepuas-puasnya. Saya masih penggemar buku kertas, tapi jaman sekarang banyak banget ebook, bacanya enak, bisa gampang ngelink sama kamus, sama google, wikipedia dll. Terus kalo penulisnya rajin nulis blog kayak Steve Blank, dari ebook-nya banyak link ke blog-blognya. Jadi baca satu ebook itu berasa kayak lagi nguasain satu lemari perpustakaan. Ilmu dari satu bukunya aja udah banyak, tambah lagi semua bonus itu, bener-bener kayak nguasain satu lemari perpustakaan sendirian.

Manfaat kedua jadi paham dan update berbagai macam framework dan terminologi bisnis. Ini penting, karena sebelum kita tahu framework yang tepat dan memudahkan, andalan kita buat memecahkan masalah pada umumnya Learning by Doing (a.k.a. pengalaman yang coba direlevan-relevan kan). Bagusnya Learning by Doing, ilmunya nempel banget di kepala. Masalahnya Learning by Doing itu dua : suka nggak relevan ketika dihadapkan sama masalah baru (karena biasanya direlevan-relevankan sama pengalaman masa lalu itu). Dan yang kedua, pengalaman saya sih, pelajaran yang paling nempel di kepala denganย  Learning by Doing adalah ketika kita membuat kesalahan fatal. Semakin fatal, semakin nempel di kepala. Masalahnya, siapa sih orang yang mau buat kesalahan fatal dulu sebagai sarana belajar ? Namanya naluri orang itu ya pada dasarnya menghindar dari masalah..

Jadi, belajar framework bisnis yang tepat dan banyak dikenal orang itu pada prakteknya membuat kita jadi lebih fokus menggarap konten-nya. Nggak harusย  terlalu banyak menghabiskan waktu adu ngeyel dulu untuk urusan pemahaman dan penyamaan persepsi framework. Ditambah lagi, framework yang bagus dan dikenal banyak orang itu biasanya sudah cukup teruji. Jadi intinya kita tinggal belajar dari ‘kesalahan fatal yang pernah dilakukan orang lain’.

Manfaat ketiga biasanya buat yang pernah sekolah (atau kerja) di luar negeri atau at least jauh dari kampung halaman : menempa diri untuk tidak gampang menyerah.
Kalo nurut pendapat saya sih tempat bahkan ilmunya sendiri sebenernya di mana-mana sama aja. Kayak sekolah di luar negeri itu bukan masalah ilmunya yang beda dibanding kalo sekolah di dalam negeri. Di luar pengalaman jalan-jalannya yang emang kesempatan langka dan umumnya jadi motivasi utama yang sekolah ke luar negeri, tapi tempaan fisik dan mental dengan hidup di luar negeri itu yang berharga luar biasa. Belajar jadi minoritas, belajar (real) toleransi, belajar hidup prihatin, belajar sabar, belajar masak ๐Ÿ™‚ , belajar beradaptasi dengan culture, bahasa dan iklim yang berbeda. Itu yang paling berharga. Teman-teman senasib sepenanggungan di rantau orang itu jadi gampang banget diajak kompakan. Belum tentu kalo orang yang sama tinggal di Indonesia biar kata tetanggaan juga bakal bisa sekompak itu. Jenis pertemanan yang dibangun dengan momen langka ‘sengsara bersama’ seperti itu pasti akan membangun jalinan pertemanan yang tulus dan langgeng. Jadi intinya sekolah/kerja/tinggal lama di luar negeri itu kesempatan langka untuk menempa diri kita (both personally and socially).

Begitu..semoga yang sekolah dan sudah selesai sekolah bisnisnya bisa semakin menikmati dan menghargai ilmu dan jerih-payah-nya sendiri ๐Ÿ™‚

Ditulis di Jakarta, Bandung dan San Francisco.

ps.
Tulisan ini saya dedikasikan buat teman-teman kuliah MBA di IPMI dan temen-temen seperjuangan di Den Haag. Two of my most precious moments in my entire life ๐Ÿ™‚

#BePositive

Andi.

7 thoughts on “Manfaat sekolah (bisnis) dan tinggal di luar negeri

  1. Good writing *ngangguk2 mengiyakan isi tulisan*. Inspiring lesson learned, thanks for sharing…and for the great & challenging time in Den Haag ๐Ÿ™‚

  2. Apakabr Kang Andi…? Hatur nuhun tulisannya, cukup nonjok untuk menyemangati sekolah lagi. Mengenai sekolah MBA, apa ada bedanya gak ya antara full time sama kelas jarak jauh… sharing pengalamannya dong….

    • Alhamdulillah..Adie masih di UAE ?
      Saya nggak gitu hapal yang program jarak jauh, ya.. Cuma saran saya mah pastikan yang kurikulum-nya banyak business case dan banyak berinteraksi dengan teman (diskusi, kerja kelompok dsb). Pemahaman kita lebih banyak terbangun dari sana, bukan di kelas/sekedar dari textbook.
      Sok mangga selamat menikmati ๐Ÿ™‚

  3. Berarti bener yah teori OSPEK yg membuat sengsara satu angkatan itu akan membuat anggotanya jauh lbh kompak ๐Ÿ™‚
    Apalgi kalo digabung sama tugas lab, sengsara di weekdays, sengsara di weekend

Leave a comment